[Review] The Queen At War
Judul : The Queen At War
Penulis : K.A.S Quinn
Penerjemah : Ambhita Dhyaningrum
Editor : D. Liana
Desain sampul : Rendra TH
Desain isi : Rendra TH
Tata letak : Tri Mulyani Ch.
Penerbit : Metamind (imprint of Tiga Serangkai)
Tebal : 354hlm
ISBN : 978-602-9251-20-3
“Kematian mungkin adalah berkah manusia yang tertinggi.” (Hlm 193)
K.A.S Quinn lahir dan besar di California, ia belajar
sejarah di Universitas Vassar. Selama sepuluh tahun, ia memimpin majalah spectator. Ia menulis untuk The Times,
Telegraph, Independent, Wall Street Journal, pun muncul di Any Questions, A
Good Read, Famous Lives, serta Broadcasting House untuk BBC. Dia dan suaminya
tinggal di London dan memiliki dua puta cilik. Dia masih membaca buku anak di
tempat tidur setelah lampu dimatikan, dengan hanya menggunakan senter.
Katie, seorang gadis biasa yang tinggal di New York abad 21.
Lalu sosok-sosok aneh mulai bermunculan di hadapannya, pria bertopi hitam,
gadis berambut merah kriting menghantuinya dan sebuah pesan misterius yang
membawanya melesat ke masa lalu.
Di masa lalu, di mana Pangeran Alberth dan Ratu Victoria
memerintah sedang dalam masa sulit karena hampir berperang dengan Rusia, bukan
perang antara dua kubu biasa, itu adalah perang yang akan menyangkut seluruh
dunia. Katie adalah harapan bagi semua orang. Namun, sebagai gadis yang datang
dari masa depan, dia melesat terlalu cepat.
Kebetulan Time Line penuh dengan promosi novel tentang
perjalanan waktu, saya jadi teringat novel ini lalu mulai menikmati kisah-kisah
Katie yang begitu rumit.
Saya suka cara membuat pembaca terheran-heran, mulai dari
pembukaannya yang dimulai dengan James yang mengobati kakaknya, Grace di abad
19. Lalu berlanjut pada bab yang menggambarkan Katie di abad 21.
Sepotong-sepotong jawaban dicecerkan begitu apik, menjadi umpan untuk pembaca.
Lalu pengangkatan tema yang wah, ‘petualangan menjelajah waktu’, sangat unik,
apa lagi kisah di dalamnya menyangkut sejarah peperangan masa dulu, tentunya
dengan bumbu masa lampau yang terasa sedap. Begitu juga ikatan antara
Katie-James-Alice Princess yang kuat. Begitu membuat novel ini terasa hidup.
Sayangnya, terjemahannya kurang bagus, sukar dimengerti,
terlalu banyak kata-kata yang asing. Narasinya juga kadang berbelit, antara
kata satu dengan kata yag lain tidak sinkron. Dan juga bertele-tele. Anggapan
pertama saya, klimaksnya bakal mendebarkan seperti adegan penghunusan pedang
atau pelemparan meriam antar Tempus, namun saya kecewa, klimaksnya tidak seapik
yang saya ekspetasikan.
“Terkadang, obat lebih buruk dari penyakitnya.” (hlm 207)
Tapi, novel ini membuat perasaan terkoyak pada bagian akhir,
di mana Katie-James-Alice kembali ke Buckingham dan menemui Bernardo DuQuelle,
ikatan mereka makin terasa di sini, saling tidak mau berpisah tapi Katie
teringat New York dan Ibunya yang mungkin dalam keadaan darurat. Perpisahan tak
bisa dihindarkan.
Bagian yang paling saya suka adalah bagian perpisahan dan
setiap bagian Katie mengingat Mimi, apa lagi ketika di rumah Bernardo DuQuelle,
Katie sangat menyayangi ibunya dan itu digambarkan cantik dan cerdas.
Sampulnya pinky-pinky imut dan manis, ditambah ilustrasi
meriam, kuda, 3 manusia yang berlari yang terkait dengan isinya.
Saya beri 3,9/5 untuk novel ini ^^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Review yang sangat baik dan detail. Ayo dong review buku gue juga. Kan kita sama-sama dari Serang Banten :)
ReplyDeleteAhaii, ditunggu ajalah kiriman dari penulisnya, kan nggak pake ongkir jadinya XD
Delete