[Review] Half Bad

Judul : Half Bad (Half Life trilogy 1)
Penulis : Sally Green
Penerjemah : Reni Indardini
Penyunting : Rina Wulandari
Penyelaras aksara : Nunung Wiyati
Penata aksara : Axin Makruf
Desain sampul : Fahmi Ilmansyah
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun terbit : 2015
Tebal : 430hlm
ISBN : 978-602-1606-98-8


Dia berbeda. Tak diinginkan, tapi diburu.Ibunya penyihir putih penyembuh, ayahnya penyihir hitam pembunuh.Dia hidup dalam kurungan sejak usia empat belas tahun, karena dunia takut akan kekuatannya.Dalam dunia penyihir yang terbagi menjadi hitam dan putih, dia harus bertahan sendiri.Yang perlu dua lakukan hanyalah melarikan diri, mencari seorang penyihir hitam bernama Mercury.Mercury bisa saja menolongnya atau membunuhnya.Namun, dia harus mengambil resiko itu.

One word : amazing. Begitu saya menerima paket dari Noura, saya memekik girang karena tebalnya sama dengan tumpukkan lemak saya. Tentu kebahagiannya itu nggak hilang setelah membaca buku fantasi ini, kalau saya nggak punya malu, mungkin saya udah manjat kubah masjid sambil teriak-teriak. Buku ini keren banget, sekali. Memang konflik utamanya tidak ditampilkan di buku ini, Half Bad menyajikan awal dari perjuangan Nathan yang begitu perih, bayangkan anak berumur 13 tahun harus disayat punggungnya, dibully dan segala hal tidak menyenangkan. Apa lagi menginjak umur 14 tahun dia dipenjarakan oleh Dewan. Lalu sejarah ibunya—penyihir putih penyembuh—bisa punya anak dari Marcus, ayah Nathan yang seorang penyihir hitam. Hukum makan sebelum dimakan sangat kentara di situ.

Apalagi kisah si Nathan ini diceritakan dari berbagai sudut pandang, woah.
Buku ini mengajarkan kita untuk tidak percaya sesorang dengan mudahnya, tapi bagaimana kita tau bahwa orang itu bisa dipercaya atau tidak? Seorang Gabriel, suruhan Mercury berkata,”Seseorang pernah berkata bahwa cara terbaik untuk mencari tahu apakah kita bisa memercayai orang adalah dengan memercayai orang itu.” Saya tersentuh.

From this book, I can conclude that … pendapat pandangan seseorang itu relatif. Dari buku ini, penyihir putih yang katanya suci dan tidak membunuh itu ternyata membunuh dan jahat bagi korbannya. Apa lagi pemburu penyihir putih, bukankah mereka sama saja membunuh, kan?

Lalu tak selamanya penyihir hitam itu jahat, bagi sebagian orang yang kenal sangat dengan seorang penyihir hitam pasti tak akan mengklaim penyihir hitam jahat. Di dunia ini (dunianya Half Bad maupun dunia nyata yang ada Nicky Minajnya) nggak ada orang yang benar-benar suci, kan? Nggak ada di dunia ini yang benar-benar ‘benar’. Semua pasti punya kesalahan dan kekurangan masing-masing. Jadi saya nggak terlalu suka dengan cara pembagian penyihir, padahal mereka sama-sama penyihir. *abaikan paragraf ini*

Saya jadi ngebayangin Marcus itu mirip dengan Vlad di Dracula Untold, lebih gelap dari kegelapan. Lalu ngebayanin kalau Nathan itu seperti adik kelas saya yang ompong tengah.
Oh ya novel ini nggak nyangkut penyhir-penyihiran atau Cuma tentang kegelapan, namun ada sisi romantisnya juga lho, apalagi waktu Nathan cium jari-jari Annalies di atas bukit.

4,7/ 5 untuk novel ini <3<3


“Jalannya cinta sejati memang tak pernah mulus.” (hlm 374)

P.s yang bingung cari buku ini bisa dibeli di mana, bisa dilihat di sini  terima kasih ^^

2 comments:

  1. Wahhh jadi penasaran.
    Sayang bukunya tebel :( *ga biasa baca buku tebel*

    ReplyDelete