[Review] Endless Love


Judul : Endless Love
Penulis : Wu Xiao Yue
Penerjemah : Jeanni Hidayat
Penyunting : Arumdyah Tyasayu
Proofreader : Dini Novita Sari
Cover Designer : Angelina Setiani
Illustrasi Isi : Frendy Putra
Penerbit : Haru
Tanggal Terbit : Januari 2015
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7742-44-4
Tebal : 278 Halaman

Bermula dari suatu kejadian yang melibatkan benang merah, kenangan-kenangan manis di antara mereka pun perlahan terukir. Namun, seiring dengan berlalunya waktu, salah seorang dari mereka memilih untuk mengubur kenangan itu dalam-dalam.

Siapa yang mengira bahwa Liang Jing Hao, laki-laki dingin perwakilan perusahaan Red Line Soft Tech yang berhati dingin itu, dulunya adalah pria yang selalu penuh dengan tawa?

Dan siapa juga yang akan menyangka bahwa Song Rui En, pelukis jalanan yang selalu menunggu di depan bandara itu, dulunya adalah wanita yang hidup penuh kemewahan?

Saat mereka bertemu kembali, dapatkah kenangan tentang benang merah itu menghadirkan kebahagian bagi kedua orang tersebut?

Atau… malah sebaliknya?


Saya begitu excited dengan buku in karena pertama, buku ini terjemahan, ke dua, diterbitkan Penerbit Haru, ke tiga, dipinjemin temen. Setelah promosi bukunya digembleng pas awal-awal terbit, udah bikin saya capcus pengen beli,tapi yeay ngga perlu beli untuk nikmatin buku ini.

Ekspetasi saya sangat tinggi sekali, berharap bahwa tanggapan positif mengenai buku ini memang benar adanya. Yap, memang benar. Premis dari novel ini sendiri begitu menarik, seorang lelaki miskin dan wanita yang setia. Alurnya pun bisa saya katakan, hm, lumayan, tokoh-tokohnya tidak banyak mengguncang tapi penokohannya itu sendiri cukup bagus.

Sampulnya sangat memikat, perpaduan warna hot ‘merah’ dan turunannyayang cocok dengan warna kontras di sekelilingnya, juga ilustrasi kece. Terjemahannya, well, cukup bagus, khas-khas subtitle east asia film/drama. Tapi saya malah lebih suka yang terjemahan kaya begitu, punya ciri tersendiri.

Tapi saya sangat menyayangkan kenapa novel ini diakhiri dengan cara tidak ‘most’ seperti itu, saya selalu merasa ada bagian—banyak bagian yang terlewat dan sengaja dipotong, ngga ngerti juga fakta  atau mungkin bsa jadi memang novel itu sengaja dibuat seperti terpotong. Bagian klimaks malah dikebutin, resolusinya juga ngga terlihat prosesnya, kurang greget intinya, mah. Meskipun menarik, saya merasa bosan, cerita romansa, umumnya punya lika-liku seperti ini. Saya pikir novel romance kaya gini udah kurang fresh lagi.

Saya rasa lebih baik gayanya dipoles, sehiingga novel ini menjadi beda dengan banyak novel romansa di pasaran, terus para tokohnya menghayati perannya biar bikin pembaca baper dan enggan tidak melanjutkan novel ini. Gali perasaan para tokoh merupakan gagasan yang saya rekomendasikan (eaa).


At least, buku ini cukup menghibur, entah dilihat dari segi apa. Saya lupa rating yang saya kasih di good reads, ada 2,5 bintang untuk novel ini. 

1 comment:

  1. Kalau baca Blurb-nya memang bikin penasaran. karena akan membawa pembaca pada momen kedua tokoh berubah drastis dari kondisi dulunya. Ada apa ya/ semoga ada jodoh bisa baca buku ini.

    ReplyDelete