[Review] Love Fate



Penulis : Sari Agustia
Editor : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : April, 2015
Jumlah Halaman : 244 hlm
ISBN :978-602-02-6097-6
Blurp :


Kata orang, pernikahan yang kupunya ini sempurna. Karier kami sama-sama menanjak. Sejak dua tahun lalu, kami mulai tinggal di rumah sendiri. Tak hanya itu, kami pun membekali diri kami masing-masing sebuah mobil untuk bepergian setiap harinya. 


Oh ya, kami juga punya dana untuk travelling keluar negeri—setidaknya sekali dalam setahun—dan berkunjung ke rumah Ambu di Bandung atau rumah Bapak serta Ibu Mertuaku di Malang. Hanya satu yang sebenarnya sering kali mengganggu: Keturunan. Lima tahun bahtera ini berjalan, belum juga hadir si buah hati. Kami tak pernah menunda. Tak pernah juga mempermasalahkannya. Dan … tak pernah juga membicarakannya. 



Bagaimana ini…. Suamiku sebenarnya mau punya anak atau tidak? Yang ke dokter hanya aku. Yang mau adopsi hanya aku. Masa hanya aku saja yang berusaha?




Editor’s Note 
Salah satu novel yang termasuk dalam label "Le Mariage", bercerita tentang konflik rumah tangga, yakni karena ketidakpunyaan anak hingga usia pernikahan mencapai angka lima tahun. Padahal kehidupan si suami istri ini begitu lekat dengan kata sempurna.



Love Fate merupakan novel Le Mariage persembahan Elex Media Komputindo karangan Sari Agustia. Novel genre Le Mariage sendiri mengulik tentang kehidupan pernikahan. Ini pertama kalinya saya baca karya Sari Agustia, dan saya rasa tidak buruk.

Novel ini menceritakan dua insan yang sudah menikah selama lima tahun tapi belum dikaruniai anak. Pernikahan mereka bisa dikatakan sempurna kalau saja Tessa mengandung. Seiring  berjalannya waktu Tessa sadar ada yang salah dan memutuskan untuk memeriksa keadannya, namun Bhas tidak seperti Tessa yang memperjuangkan kehamilan, suaminya itu tampak tidak ingin punya anak. 

Blurpnya sangat memikat bagi saya, isinya juga tak kalah menarik. Perasaan tokoh tersampaikan kepada pembaca, apa lagi ini menggunakan sudut pandang 1. Cara penulis menyampaikan perasaan Tessa begitu mengalir, sehingga membuat novel ini nyaman untuk dibaca. 

Di awal cerita terkesan datar, hanya seputar Tessa yang galau dan frustasi dibanjiri pertanyaan kapan punya momongan. Tapi gaya penulis menyelamatkan kedataran ini, buktinya saya masih sanggup menamatkan. Bagian yang paling saya suka adalah endingnya, rasional tapi menyakitkan. Kalau dipikir-pikir saya pun akan melakukan apa yang Bhas lakukan, mumpung belum terlambat. Endingnya ini sendiri merupakan plot twist bagi saya, saya yang sedari awal menganggap resolusinya bakal menjadi kebahagiaan Tessa terpatahkan dengan keputusan Bhas. Alasannya logik dan tidak memaksa.

Novel yang berlabel dewasa ini tidak memuat hal-hal 'expert', jadi masih bisa dikonsumsi remaja. 3/5


No comments:

Post a Comment