[Review] Fall


Penulis : Caramella
Penyelaras akhir : Lia Linawati
Pemeriksa aksara : Dyah Sulistya
Ilustrasi, perancang sampul & isi : L.L
Tahun terbit : 2015
Tebal : 225 hlm
Penerbit : Crimson
ISBN: 976-602-72394-0-1

“Perasaan manusia itu; suatu hal terumit, terkompleks, terparadoks. Sebuah teka-teki sulit yang tidak memiliki jawaban benar ataupun salah, juga tidak mengenal kata pasti.”

Pada pertemuan pertama, ia mengoyakmu. Membuat kau hancur menjadi serpihan-serpihan kecl, hingga kau tidak dapat mengenal dirimu lagi. 
Kau hancur, luluh, berantakan. 
Dalam usahamu menyusun kepingan-kepingan diri yang ia serakan. Ia kembali datang. Dan sekali lagi mencoba menghancurkanmu untuk menjadikan miliknya. 
Tidak diragukan lagi membunuhnya adalah keinginan terbesarmu. Tapi bagaimana jika hanya padanya, ia yang menghancurkanmu, kau merasa utuh.
---
“Toh, kegilaan memang bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam diri manusia.” (hlm.63)

Marianka, selalu diberi mimpi-mimpi buruk enam tahun lalu, ia dimakan ketakutannya sendiri terhadap masa lalu. Ketika dia berjuang untuk melupakan hal tersebut, Rem kembali datang ke kehidupannya, membuat masa-masa gelapnya kembali datang memenuhi pikirannya.

Diksinya keren, nggak dibikin bosan dengan narasi yang sangat melimpah di buku ini. Walaupun bahasanya amat formal, tapi Caramella cerdik meramu kata-kata supaya tidak terkesan menggurui dan klasik. Penjabarannya lumayan detail, bagaimana si tokoh A maupun B bergerak ditulis sangat teliti, membantu pembaca untuk membayangkan dan terjerumus pada imajinasi. Saya suka dengan gayan penulis menyajikan cerita. Dan menurut saya, kovernya yang hitam putih lumayan elegan.

“Orang sering kali melebih-lebihkan keadaan.” (hlm.100)

Sayang, temanya sederhana sekali dan kurang gereget, begitu juga eksekusi kofliknya, masih kurang garam dan suatu yang menggemparkan. Ada lumayan banyak typo seperti paranoid yang malah di tulis paranoia. Perjalanan di tulis penjalanan. Coba saja endingnya diperpanjang dan menumbuhkan beberapa koflik baru dan dieksekusi dengan keren sehingga terasa lebih enak dibaca.

Bagian yang paling saya suka adalah ketika Marianka berada di toilet saat pesta, walaupun adegannya tak bisa dibilang bagus, tapi di situ penyajiannya bagus sekali. Juga saat Marianka ke rumah Ameria setelah bertemu Alex.

Karakter yang saya suka di sini adalah Ameria. Memang bukan tokoh utama, tapi tokoh ini mendukung jalannya cerita. Ameria adalah temah curhat Marianka, bisa disebut juga seorang psikolog.

Ada 3 bintang dari 5 untuk novel ini. Novel ini masuk kategori dewasa, dan benaran dewasa, jadi untuk yang belum dewasa jangan curi-curi bacaan ya! (Saya nggak nyadar diri.)

“Tidak ada yang dapat mendikte sebuah kebahagiaan seseorang, Maria.” (hlm.187)


No comments:

Post a Comment